Selasa, 20 Oktober 2015

New Arrival! Couple Traveler edisi Jawa Tengah

Couple Traveler (BIP, 2015)
Harga Rp. 73.000,-
Buku traveling pertama saya sudah terbit lho, sobat pembaca. Selain merekam kisah perjalanan saya dan travelmate, buku ini juga memberikan informasi penting buat kalian yang berencana untuk liburan ke Jawa Tengah. Pokoknya smart traveler wajib deh baca buku ini!
Couple Traveler bisa didapat di berbagai toko buku se-nusantara. Tapi buat kalian yang ingin mendapatkannya khusus dari saya, sebaiknya buruan order sekarang juga karena persediaannya terbatas. Ssst, mumpung diskon 10% lho!


Satu lagi, bagi yang suka gratisan, jangan lupa follow instagram @cora_pandu_aslamic untuk ikutan kuis berhadian buku Couple Traveler secara cuma-cuma. Ditunggu yaaa....



#kuisbuku #kuisgratis #kuisberhadiah #coupletraveler #bukucoupletraveler #bukuBIP #bukutraveling

Minggu, 02 November 2014

Telah Hadir!

Susah mencari produk CONSINA di Semarang?Jangan khawatir, kini telah hadir BACKPACKEREN INDONESIA yang menyediakan peralatan outdoor dengan stok terupdate khususnya merk Consina.
Anda bisa memesan online dari website kami www.pongker.com atau datang langsung ke lokasi di :
Jl. Banjarsari selatan no. 12 Tembalang, Semarang, Jawa Tengah.
Jangan ragu untuk datang ya :)

Senin, 26 Mei 2014

Precious Heritage of Karanganyar

Kamu suka kegiatan mounteneering? atau pernah mendaki gunung Lawu? Jika pernah, pasti kamu pernah mendengar nama Cemoro Lawang, Cemoro Sewu, atau Tawangmangu. Yak, ketiga nama itu adalah tempat-tempat yang sangat terkenal di kaki gunung Lawu, baik sebagai obyek wisata dan juga sebagai titik awal pendakian gunung Lawu.
The Ultimate Travelmate kemarin habis main kesana lho. Tempatnya itu berada di ujung kabupaten Karanganyar, perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kami menghabiskan waktu 2 hari untuk road trip dari Semarang kesini.
Hari pertama.
Kami berangkat hari Sabtu pada pukul 1 siang. Matahari yang tepat berada di atas ubun-ubun tidak menyurutkan niat kami untuk pergi. Pongky, dengan semangatnya mengendarai motor di antara macet jalanan, terutama di daerah Ungaran menuju ke Salatiga. Kami begitu bersemangat melakukan perjalanan ini karena sudah lama tidak bertraveling ria. Ada banyak tugas dan kegiatan lain yang membuat kegiatan backpacker kami kerap dikesampingkan.
Motor Pongky yang gagah terus melaju di jalanan hingga akhirnya sampailah kami di kabupaten Karanganyar pada pukul 3.30 sore. Aku dan Pongky terus memerhatikan plang arah dimana obyek wisata Tawangmangu dan Candi-candi yang terkenal di Karanganyar. Kami melewati persawahan, kebun-kebun, jalanan yang berliku, hingga akhirnya sampailah ke kawasan wisatan candi Cetho dan Candi Sukuh. Kami memutuskan untuk mengunjungi kawasan ini terlebih dahulu sebelum melanjutkan ke kawasan Tawangmangu yang lebih jauh.
dari gerbang yang bertuliskan Selamat datang di Kawasan Wisata Candi Cetho dan Candi Sukuh, kami masih harus memacu motor lagi sekitar 14 km ke Candi Sukuh dan 17 km ke Candi Cetho.
Candi Sukuh
Hari sudah jam setengah lima sore. Kami hampir lupa bahwa biasanya obyek wisata semacam bangunan candi punya jadwal tutup, tidak seperti obyek wisata alam yang bisa dikunjungi kapan saja. Candi Sukuh tutup pukul 5 sore, dan sekarang sudah pukul 4.45 sore. Untung saja satpam yang menjaga masih mengijinkan kami untuk masuk, tanpa membayar karcis. Ini kabar buruk atau kabar baik ya? sepertinya dua-duanya. Hehe. Kabar buruknya kami tidak bisa terlalu lama disini karena hari sudah semakin gelap, tapi kabar baiknya kami bisa masuk secara cuma-cuma. Sedangkan untuk tarif normal masuk ke Candi Sukuh ini adalah Rp. 3000,-/kepala.
Candi Sukuh itu bentuknya unik, berbeda dengan candi-candi lainnya yang pernah aku kunjungi. Candi Sukuh berbentuk seperti bangunan kuno suku Maya di Amerika tengah. Karena bentuknya inilah aku sangat tertarik untuk mengunjungi Candi ini. Sebelum kena usiran dari pak satpam, kami mengambil foto sebanyak-banyaknya alias bernarsis ria. Aku, yang tidak pernah luput dengan pose pipi ikan buntal, dan Pongky yang tidak pernah luput dari pose selfie bersama hidungnya yang dilipat. Aneh? ya, memang Pongky memiliki keahlian yang tidak bisa dilakukan oleh orang biasa, yaitu melipat hidung tanpa sentuhan tangan.
Pose yang 'berkarakter'
Baiklah, kembali pada candi Sukuh. Konon, Candi ini merupakan salah satu candi terunik di Asia tenggara karena selain bentuknya yang seperti bangungan suku maya, juga memiliki ornamen-ornamen bertema erotis. Ya, banyak ornamen dan arca yang melambangkan alat kelamin manusia disini. Sungguh bertentangan dengan norma kesusilaan yang diagungkan oleh kebudayaan timur bukan? Candi Sukuh juga masih menyimpan berbagai misteri dan pertanyaan yang belum terpecahkan oleh arkeolog manapun saat ini. 
Ingin tahu lebih lanjut tentang candi Sukuh? silahkan datang sendiri ya. Soalnya kami juga hanya menjelajahi sebagian kecil tentang candi ini. Waktu kami hanya 15 menit. Fuuffuu...
Hari sudah semakin gelap, dengan keadaan yang seperti ini tidak mungkin kami dapat melanjutkan wisata selanjutnya. Aku menyarankan untuk bermalam di kawasan dekat sini saja agar besok pagi dapat segera mengunjungi candi Cetho, kemudian barulah melanjutkan perjalanan ke kawasan Tawangmangu. Tapi menurut Pongky, lebih baik kami langsung sore ini saja ke Tawangmangu karena disana pasti lebih ramai. Memang, malam minggu kawasan Tawangmangu selalu dibanjiri oleh para wisatawan dari berbagai daerah untuk menghabiskan akhir pekan.
Aku menyetujui usulan Pongky, dan kami segera melanjutkan perjalanan ke Tawangmangu yang ditempuh selama setengah jam dari kawasan Candi Sukuh dan Candi Cetho. Benar saja! Tawangmangu ramai sekali. Beruntungnya kami masih mendapatkan homestay murah untuk backpacker.
Sate Kelinci
Dan beruntungnya lagi disini kami menemukan banyak sekali kuliner sate kelinci yang murah-meriah. Harga seporsi sate kelinci disini rata-rata Rp. 12.000,- sementara di Bandungan, tempat biasa kami makan sate kelinci harganya bisa mencapai Rp. 20.000,- Tentu saja harga makanan favorit yang semurah itu membuat kami sontak kegirangan. Hehehe.

Hari kedua.
What the...
Salah satu penghuni Grojogan Sewu
Pagi-pagi sekali kami sudah bersiap untuk melanjutkan wisata selanjutnya. Bermodalkan buku profil Kabupaten Karanganyar yang kudapatkan di pameran SDA tahun lalu, kami memutuskan untuk berkunjung ke Grojogan Sewu yang konon recommended. Letaknya hanya sekitar 1 km dari homestay. Rupa-rupanya di hari yang sepagi ini Grojogan sewu sudah dibanjiri oleh banyak wisatawan. Aku bahkan bertemu dengan teman seangkatanku bersama pasangannya. Hihi. Oh ya, karcis masuk ke wana wisata Grojogan Sewu ini adalah Rp. 8.000,-/kepala. Dengan harga segitu kita sudah dapat menikmati sejuknya alam Tawangmangu, menyaksikan suguhan fauna-fauna lucu sepeti monyet dan kukang, melewati ratusan anak tangga yang artistik, dan menyaksikan air terjun dengan ketinggian puluhan meter di atas kaki. Selain itu tidak jauh dari air terjun juga terdapat wahana outbond dan mini rafting (tubing) yang tentu saja harus membayar lagi. Di dalam sini juga banyak tersedia kuliner yang memanjakan perut. Kami saja sarapan sate kelinci lagi gara-gara kegirangan harganya tidak semahal di Bandungan. Hehe.
Air terjun pertama







Setelah puas bermain-main di kawasan Grojogan sewu, kami keluar dan membeli berbagai oleh-oleh khas Tawangmangu. Kami berencana untuk ke destinasi selanjutnya yaitu Cemoro Lawang dan Cemoro sewu. Tapi malangnya belum sampai ke parkiran motor, kami sudah diguyur hujan deras. Terpaksa perjalanan kami tunda dan berteduh dibawah kios-kios. Nah, kami disini juga sempat tertipu pedagang brem lho. Setahu kami, satu kotak brem itu harganya 8ribuan-9ribuan. Tapi disini bapak itu menawarkan dengan harga 20ribu untuk 5 kotak. Kami cukup tertarik, namun menawar lagi sampai harganya deal di 10ribu per 5 kotak. Saat dicek, tanggal kadaluarsanya memang masih lama. Tapi mengapa begitu murah? lalu aku mengecek isinya. Dan owalahhh... rupanya isinya cuma seuprit. Pantesan murah. (-_-)  
Wonderful view
Setengah jam kemudian hujan pun reda. Kami memacu kendaraan kami menuju dataran yang lebih tinggi, yaitu Cemoro Lawang dan Cemoro Sewu. Tau apa yang terjadi selanjutnya? mulut kami ternganga lebar menyaksikan pemandangan yang super duper indah sepanjang perjalanan. Kalau sudah seperti ini kamera harus selalu standby. Rugi kalau tidak berfoto-foto.
Semakin dekat dengan Cemoro Lawang, jalan jadi semakin ramai. Banyak juga anak muda kongkow-kongkow di pinggir jalan. Cemoro Lawang kami lewati begitu saja karena tergoda untuk maju lagi. Sampai akhirnya kami sadari bahwa kami sudah menginjakkan kaki di Jawa Timur. Jawa Timur, men!
Cemoro Lawang adalah tempat wisata yang juga sebagai titik awal pendakian gunung Lawu, begitu juga dengan cemoro Sewu. Lho berarti sama saja dong. Lalu bedanya apa? bedanya, Cemoro Lawang itu di Jawa Tengah dan Cemoro Sewu di Jawa Timur. Iya, 2 tempat itu dipisahkan oleh perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur, namun jarak keduanya hanya beberapa ratus meter saja. :D

Di perbatasan provinsi, dengan pose 'berkarakter' (-_-)
Nyolong strawberry, hahaaa
Motor kami akhirnya berhenti di depan gerbang Cemoro Sewu. Melihat orang-orang dengan gagahnya menggendong tas carrier, seketika membuat kami mupeng buat muncak juga. Sayang sekali kami tidak membawa peralatan untuk mendaki, jadi keinginan itu kami tepis dengan berwisata unyu-unyu saja di kebun strawberry. Yakni berwisata petik strawberry. Kebun strawberry memang banyak tersebar di sekitar Cemoro sewu. Harga memetik strawberry berkisar antara Rp. 60.000,-/kg. Tapi saat kami datang strawberry yang merah tinggal sedikit, jadi kami tidak diperbolehkan memetik strawberry. Daripada manyun, kami lalu bertanya-tanya banyak hal pada si bapak pemiliknya dan menimbang-nimbang akan membeli pohonnya atau tidak. Disini satu pohon dijual dengan harga berkisar antara 5ribu sampai 8ribuan. Murah bukan? Sssttt, diam-diam aku juga memetik beberapa buah strawberry yang sudah berwarna merah. Hmmm... baunya wangi, dan rasanya manis-manis kecut gitu. Tapi rasanya begitu segar. Untung saja tidak ketahuan seperti adik-adik yang datang sebelum kami. Dia dimarahin cobaaa... hahaha... *ketawa setan*
Setelah puas memetik strawberry gratisan, kami pun memutuskan untuk pulang ke Semarang langsung karena hari sudah hampir sore. Batal mengunjungi Candi Cetho rasanya lebih baik daripada kemalaman sampai ke Semarang.

Bersamamu, ku akan terus kembali, menikmati wangi cinta dan matahari...
Bersamamu, ku akan terus kembali, menikmati pelangi saat badai pergi...
(Souljah, Bersamamu)

See yaa in da next trip :)
Country road, take me home...

Rabu, 16 Oktober 2013

Liburan Dadakan ke Pacitan

Jadi ceritanya dimulai dari hari Minggu kemarin. Aku yang habis mengerjakan tugas dan presentasi selama berjam-jam, diajak pergi oleh Pongky ke mall Paragon. Katanya Mbak Vian dan Mas Arga ngajak makan disana, sehabis mereka menghadiri pernikahan Mas Rama, salah satu anggota WAPEALA juga. Mereka berdua sudah duluan sampai, sementara aku dan Pongky menyusul kemudian. Terakhir datanglah Bang Jhon dan Bang Adit saat makanan kami sudah ludes dan hari sudah gelap. Dari obrolan kami yang ngalor ngidul, akhirnya tercetuslah rencana pergi jalan-jalan pada malam ini juga. Kebetulan hari Senin dan Selasa libur, maka kami yang memang gemar traveling dadakan ini segera menyusun rencana dan menentukan destinasi wisata. Setelah menemukan link sewa mobil dari kenalan, kami voting karena ada dua pilihan destinasi yang memungkinkan. Antara Solo-Tawangmangu dan Pacitan. Pada akhirnya terpilihlah Pacitan yang terkenal dengan goa dan pantainya yang cantik-cantik. Kota ini terletak di Jawa Timur dengan lama perjalanan dari Semarang 6 jam bila naik mobil sendiri. Awalnya aku khawatir yang menyetir akan kelelahan dengan perjalanan sejauh itu. Tapi Bang Adit meyakinkan kami bahwa ia sanggup menyetir jarak jauh, apalagi bisa digantikan oleh Mas Arga atau Mbak Vian.
Kami pulang dari Paragon jam 7 malam, lalu kembali ke Tembalang dan meyakinkan mbah-nya Mbak Vian bahwa kami akan menginap di kosanku dan nggak akan keluyuran kemana-mana. Haha, maaf ya mbah...
Akhirnya pada jam 10 malam mobil pinjaman pun datang, dan kami memulai perjalanan pada jam 11 malam. Menyusuri Ungaran, Salatiga, Solo, Wonogiri, dan... sampailah ke Kota Pacitan pada jam 5 pagi.
Masjid Raya Pacitan, kayaknya -_-
Jam 5 pagi Bang Adit membawa mobil kami sampai ke Masjid besar ini. Aku dan yang lainnya dibangunkan dulu baru tau bahwa kami sudah sampai. Sehabis mengumpulkan nyawa, kami semua langsung mandi. Pongky bahkan sempat sholat, dan Bang Jhon tidur pulas di depan masjid. Terakhir, kami sarapan di warung makan di dekat masjid pada jam 7 pagi sambil bertanya-tanya tentang obyek wisata disini. Pertama-tama kami mengunjungi pantai Teleng Ria yang hanya berjarak 3 km dari sini. Tadinya anak-anak berencana sewa papan surfing disini, tapi sungguh sayang kami terlalu pagi datang. Belum ada persewaan yang buka jam segini...
Pantai Teleng Ria
Rupanya karakteristik pantai ini hampir seperti Pantai Baron yang ada di Jogja. Berbentuk seperti teluk dengan pasir berwarna cokelat. Mereka yang cowok memutuskan untuk mandi saja disini. Cowok mah enak, tinggal copot baju luar terus langsung bisa nyebur. Nah kami yang cewek, apalagi yang pake kerudung?
Narsis~Alay~
Puas bermain di Pantai Teleng Ria, kami melanjutkan ke destinasi selanjutnya yaitu Pantai Sogeh. Pantai Sogeh terletak di ujung Pacitan, yang menghabiskan waktu setengah jam perjalanan. Konon pantai ini sedang naik daun sebagai wisata favorit di Pacitan. Oh iya, kebetulan lebaran haji besok Pak SBY mau pulang kampung ke Pacitan makanya keamanan sedang diperketat disini, dan sepanjang perjalanan kami dipenuhi oleh bendera merah putih, partai demokrat dan umbul-umbul aneka warna. Rasanya seperti kami yang disambut, bukannya pak SBY -__-
Nah coba liat bendera-bendera di belakang kami itu...
Narsis di jalanan yang eksotis~
Akhirnyaaa..... sampai juga kami ke Pantai Sogeh. Pantai ini memang bagus dan memanjakan mata. Coba lihat foto dibawah ini. Itu dia salah satu spot di pantai Sogeh. Seperti di Bali kan?
Anak pantai, uyeeee~
Masih di Pantai Sogeh.
 Pantai ini terlihat bersih dengan pasirnya yang putih dan halus. Namun sayang ombaknya yang besar membuat kami enggan mendekat ke bibir pantai. Yang berani berenang cuma Bang Jhon. Orang Jambi yang ngaku-ngaku dari Nepal ini memang memiliki kelakuan yang unik dan agak lebih nyeleneh dari yang lain. Bwahahaha...
Ada genangan air bening di tepi pantai Sogeh
Cukup sudah berleha-leha di pantai Sogeh. Hari sudah menunjukkan jam 11, saatnya beranjak menuju Goa Gong dan Pantai Klayar. Kedua obyek wisata ini berada di luar Kota Pacitan. Kira-kira satu jam lebih baru bisa sampai. 
Pada km ke 7 dari persimpangan kami sampai ke lokasi Goa Gong, tapi sayang seribu sayang, goa wisata ini sedang ditutup untuk umum karena sehabis disterilisasi. T.T Besok Pak SBY mau berpertualang kesini makanya keamanan dijaga ketat. Kami yang kecewa bukan kepalang, dengan terpaksa melanjutkan perjalanan ke Pantai Klayar saja dengan jarak 12 km lagi.
Menuju pantai Klayar butuh perjuangan yang ekstra, karena tempatnya pelosok dengan jalan kecil dan curam. Sedikit lebih mengerikan dibanding jalan menuju pantai-pantai Gunung Kidul Jogja. Belum lagi ditengah jalan kami melihat ular sebesar pergelangan tanganku melintasi jalan. Perasaan mendadak jadi tidak enak.
Mobil tentara mogok~
Perjalanan kami juga macet karena banyak mobil tentara yang berlawanan arah dengan kami, sementara jalan sangat sempit. Puncak kegundahan kami adalah ketika kami terjebak di antara mobil yang mogok dan mobil Baraccuda. Lumayan lama juga kami tidak bisa bergerak disana. Tapi setelah berhasil meloloskan diri dari situ kami bergegas melanjutkan perjalanan. Hingga akhirnya sampai juga ke lokasi pantai Klayar. Kami dibuat terkagum-kagum dengan pemandangannya dari atas bukit. 
the 2nd Miami beach, kalo kata mereka mah!
Para homo -_-"
Pemandangan paling menawan :')
We are the cool traveler \(^_^)/
Sebelum pulang
Tadinya kami berniat mengunjungi goa lainnya selain goa Gong, tapi hari sudah menunjukkan pukul setengah lima sore. Demi mencapai target sampai ke Semarang maksimal jam 12 malam, kami terpaksa harus menyudahi petualangan kami di Pacitan yang indah ini. Padahal Pacitan itu kota 1001 goa lho, agak menyedihkan bila kami tidak main ke goa sama sekali. :(
Sesekali kami mendengar suara takbir berkumandang di jalan. Ah, nggak nyangka besok udah lebaran aja. Jam setengah delapan malam kami singgah makan malam di kota Solo, tepatnya di pusat kuliner sebelah kanan alun-alun keraton. Lalu jam 9 melanjutkan perjalanan dan sampai ke Semarang jam 11-an.
Makan malam di Solo.
Emang harus gitu ya posenya, mister? -__-

Jumat, 04 Januari 2013

Caving di Goa Cerme Jogja

Rasanya masih ada yang kurang seusai kami berarung-jeram ria di Magelang. Maka sore itu juga kami berenam melaju ke Jogja dengan semangat bertualang yang masih menggebu-gebu. Kami menempuh satu jam perjalanan dengan macet yang nggak ada henti-hentinya terutama di kota Jogja pada malam minggu. Selain bermacet-macet ria di jalan, malam minggu itu kami habiskan dengan makan dan nongkrong di alun-alun selatan keraton Jogja.
Masalah bermalam dimana sih aman, karena di Jogja kami punya banyak teman dan kenalan. Kali ini kami memilih untuk bermalam di kontrakan temannya Pongky, yang kuliah di UIN Jogja. Malam ini kami nggak boleh tidur kemaleman, karena besok pagi-pagi mau melanjutkan perjalanan ke Goa Cerme. Iya, kami mau caving  (susur goa) di Goa Cerme. Goa Cerme terletak tidak jauh dari pantai Parangtritis. Terletak di antara kabupaten Bantul dan kabupaten Gunung kidul.

Sebelum masuk bayar dulu, dab!
Ready to go!
(start di dudun Srunggo, Bantul)
I'm the most beautiful here :P
Di bawah kaki kami itu ada air terjun lho
Yang bawa gadget hati-hati ya, airnya lumayan dalem,
terus mesti nunduk-nunduk kayak gini beberapa kali.
Tuh kan, nunduk lagi
Batu cantik yang bersinar seperti berlian
(orangnya juga cantik dan bersinar seperti berlian, hahaha #ssstt, ga usah protes!)
Perjalanan masih panjang, tetap jaga stamina, guys.
Dan ingat, jangan tergesa-gesa, nyantai aja.
Finish Point! (tembus di Panggang, Gunung Kidul)
 Harga tiket masuk ke goa ini cukup murah, yaitu Rp. 2.250,-/perorang. Ditambah sewa headlamp Rp. 5.000,-/buah, dan sewa pemandu Rp. 30.000,-. Perjalanan dari awal sampai akhir ini membutuhkan waktu selama 1,5 jam, dengan jarak sepanjang 1,2 km.

Yang harus dibawa saat menyusuri goa:
-Alat penerangan
-Alas kaki
-Air minum
-Kamera yang bisa digunakan dalam kondisi gelap gulita
-Rasa ingin tahu dan pikiran yang terbuka
-Kondisi tubuh yang baik
-Jangan bawa barang-barang yang tidak berguna, karena hanya akan menjadi beban.

Kamis, 03 Januari 2013

Rafting di Elo Bersama ROCKERCLIMBER

Bulan Desember adalah musim hujan dimana arus sungai menjadi lebih deras dari biasanya, dan menjadi  bulan yang tepat untuk melakukan kegiatan arung jeram bersama teman-teman. Kegiatan inilah yang dilakukan anak-anak 26MataBoa di ujung bulan Desember sekaligus di ujung tahun 2012 kemarin. Tadinya sih ada sekitar 10 orang lebih yang mau ikut gabung, tapi kesini-sininya pada banyak yang nggak jadi karena berbagai halangan. Ok, the show must go on! Akhirnya yang fix ikut cuma kami berlima, di tambah satu fasilitator dari ROCKERCLIMBER, yaitu Pongky. (Iya, Pongky travelmate aku, bukan Pongky yang lain.)
Karena kami cuma berlima, sementara satu perahu memuat enam orang, jadi si Pongky juga ikut pengarungan. Ya lumayan lah, nambah satu orang lagi buat jadi penggembira. Hehehe.
Rencana awal lokasi pengarungan kami adalah sungai Progo atas yang mempunyai grade II hingga III. Tapi katanya Progo arusnya lagi nggak bagus. Okelah, mau nggak mau beralih ke plan B yaitu Sungai Elo, Magelang. Yang juga mempunyai grade II hingga III, cocok untuk pemula/keluarga.

narsis sebelum pengarungan
Start di bawah jembatan Blondho
Jeram yang selalu ditunggu-tunggu. hheheu.
2,5 jam pengarungan pun berakhir
Abis ngarung, mandi, terus makan mewah deh! :P
Asyik kan?
Teman-teman kalo pengen seru-seruan kayak kami mudah kok. Tinggal buka aja alamat web ROCKERCLIMBER atau klik disini terus pilih paket rafting yang kalian mau. Kemudian...hubungi CP atau email yang tertera disana. Dijamin nggak bakal kecewa deh, soalnya ROCKERCLIMBER mengutamakan kenyamanan dan kepuasan para costumernya.
Jangan ragu lagi ya, selamat berarung jeram. :)

Rabu, 02 Januari 2013

Biaya Backpacker ke Malang

BUS PATAS
Pengalaman kena tipu sama agen bis beberapa waktu lalu, bikin kita pengen berbagi informasi tentang transportasi umum kalo mau backpackingan ke Malang, khususnya dari Semarang. Waktu itu kita disuruh bayar dua kali lipat dari tarif bis normal. Karena waktu sudah sangat malam, dan bis yang akan ditumpangi itu bis terakhir, kami nggak sempat mikir panjang. Dan...baru nyadar dibegoin pas udah dalam perjalanan. Apes kan?

Buat kalian yang mau backpackingan ke Malang, ini nih daftar biaya transportasinya:

> Semarang-Surabaya/ Surabaya-Semarang
 BIS PATAS : Rp.55.000,-
 BIS EKONOMI :  Rp.40.000,-

> Surabaya-Malang/ Malang-Surabaya
BIS PATAS : Rp. 20.000,-
BIS EKONOMI : Rp. 10.000,-

> Semarang-Malang/ Malang-Semarang
KERETA API  (MATARMAJA) : Rp. 55.000,-
BIS PATAS : Rp. 75.000,-

Jip di Tumpang
> Malang-Tumpang (kalo mau ke Bromo atau Semeru)
ANGKOT : Rp. 6.000,-

> Tumpang-Bromo/Semeru
JIP : Rp. 35.000,-/orang kalo rombongan
        Rp. 450.000,-/JIP
(transportasi umum yang tersedia cuma jip, jadi kalo nggak rombongan sebaiknya jangan lewat jalur Malang-Tumpang. Mahal cuy!)

> Malang-Batu (kalo mau ke Kota Batu)
ANGKOT : Rp. 6.000,-
(sebaiknya pakai kendaraan pribadi atau sewa mobil/ motor, karena obyek wisata di Batu sangat banyak dan tempatnya berjauhan.)

Kalo kami sih cuma berdua, jadi yang paling simpel ya rental motor. hehe.
RENTAL MOTOR : Rp. 55.000,- (motor bebek) (umum)
                                 Rp. 65.000,- (motor matic) (umum)

Nah, kalo udah tau tarif normal seperti yang di atas, jangan sampe kena tipu lagi ya, terutama sama calo-calo yang nggak bertanggungjawab di terminal/ stasiun. Selamat jalan-jalan, dan salam backpacker! :D